Ditambahkan hal yang tidak kalah penting menjadi pedoman perwira dan keluarga besar Pertamina adalah kesadaran menjalankan budaya HSSE Golden Rules. “HSSE Golden Rules menjadi pegangan penting setiap insan Pertamina, yakni Patuhi, Intervensi dan Peduli,” tandas Joko. Webinar diselenggarakan masih dalam rangkaian kegiatan Bulan K3 2021 di
PT Rexplast was established on August 1st, 1992 where the operation of the 1st Plant started in February 1993. Along with PT. Rexplast's growth, we built the Second Plant (Plant 2) and operated in January 2002. Main Product : Rigid Plastic Packaging (Blow Moulding & Injection Moulding ), Decoration for Rigid Plastic Packaging (Silkscreen Printing, Hot Foil
Cilacapis one of Pertamina's biggest refining facilities and supplies around 34% of Indonesia's fuel demand, Pertamina said on its website. The company added that around 80 people living nearby who were evacuated overnight have returned home. (Reporting by Fransiska Nangoy and Nilufar Rizki; Editing by Cynthia Osterman and Edmund Klamann)
GoldenRule - Wikipedia The Golden Rule is the principle of treating others as one wants to be treated. It is a maxim that is found in most religions and cultures. Golden Rules Of Dietetics; The General Principles And - ReadRate The General Principles And Empiric Knowledge Of Human Nutrition; Analytic Tables
Dalamkesempatan MWT tersebut, General Manager (GM) Pertamina Asset 4, Agus Amperianto menjelaskan, bahwa Area Poleng Field memiliki 3 Platform Produksi yaitu BW, CW dan DW. Dengan total sumur yang sudah di bor sebanyak 28 sumur dengan 9 sumur produksi. Produksi Poleng saat ini mencapai 2.698 BOPD dan Gas mencapai 6.2 MMSCFD.
JAKARTA– PT Elnusa Tbk (ELSA/Elnusa) melaui ELSA 8 berhasil meraih penghargaan Winner 5R Competition dalam kategori Big Barge pada penghargaan Well Construction & Intervention Adipura (WCI Adipura) 2020. Eco-green Accomodation Work Barge ini telah berkontribusi mendukung produksi migas di Delta Mahakam sejak 2015 dan
The Manager’s Lounge – Sales & Marketing) – Golden Rule dalam interaksi antar manusia adalah ‘treat others as you would like to be treated’ yang artinya adalah ‘perlakukan orang lain seperti Anda ingin diperlakukan). Golden rule ini juga berlaku dalam selling. Sebagai seorang salesperson, Anda harus memperlakukan prospek seperti halnya Anda ingin
Lowongankerja di Indonesia hari ini yang ada di JobStreet - Banyak Lowongan Kerja dan Perusahaan Berkualitas
. As a part of Pertamina EP Tarakan Field, I have general description about Safety issues. First of all, we must have same level of understanding that Health, Safety, Security and Enviroment HSSE are important issues for all Pertamina EP Tarakan Field operations. Our Regulations and Policies require demand of high level attentions and awareness of HSSE to our workers and visitors. All of our workers are well trained and are responsible to ensure HSSE Behaviour while do every works. Pertamina EP Tarakan Field as part of Pertamina EP has Golden Rules of HSSE, Compliance Patuh, Intervention Intervensi, Caring Peduli. We have to strictly follow the regulations, and do intervention if any unsafe both of conditions and acts, as well as we care for others. As a guidance of HSSE, we have 15 Life Savings Rules. There are following 1. Tools & Equipments 2. Safe Zone Work 3. Permit to Work 4. Isolation 5. Confined Space 6. Lifting Operation 7. Fit to Work 8. Working at Height 9. Personal Floatation Devices 10. Override System 11. Asset Integrity 12. Drop Object 13. Excavation 14. Gas Test 15. Driving I will explain detail about 15 Life Saving Rules in the next post. Last but not least, HSSE issues are everybody business, for workers and visitors involved in Pertamina EP Tarakan Field’s operations. HSSE Golden rules and 15 Life Saving Rules are about campaign to increase attention & awareness. In the end, let’s make HSSE as our habbits. HSSE is beyond culture.
Hal tersebut ditekankan Vice President HSSE M T Tengku Badarsyah dalam acara sosialisasi dan pengarahan hasil survei budaya HSSE di Aula Lt4 Gedung Pelni Kantor Unit MOR VIII pada 12122017. Stop work if the risk is not being properly managed. Https Www Pertamina Com Media File Energia Weekly 10 Februari 2020 Pdf Segera melakukan intervensi jika ada kondisi dan tindakan yang tidak. 12 golden rules pertamina. PATUH anda dan saya patuh pada kebijakan peraturan dan prosedur HSSE. Turut mendampingi pada kesempatan tersebut VP Pertamina. Disini kita bisa belajar mengenai keselamatan. Totals Golden Rules To prevent occupational accidents. Standby workers must support workers carrying out non-routine work. Rule number one is High Risk Situations. Begin any work until you have checked that all energy and fluid sources have been isolated unless you are specifically authorized to do so. Hold up 2 fingers on one hand then turn them down and move them like. 12 – Totals Golden Rules POWERED SYSTEMS RULE 7 YOU MUST NOT. Workers must be encouraged to routinely report downgraded situations. Do not start up or shut down equipment or installations without using the appropriate written operating procedure. Check all isolations locks and tags before performing any work and. INTERVENSI anda dan saya dapat mengintervensi apabila. Ruang ini menjadi pembelajaran bagi kami maupun pekerja Pertamina. Bukan hanya itu di HSE Demo Room Kantor Pusat Pertamina pekerja diajak untuk menerapkan HSSE Golden Rules Pertamina yaitu Patuh terhadap regulasi peraturan perusahaan Intervensi tindakan dan situasi tidak aman dan Peduli lingkungan dan situasi sekitar. Implementasi HSE GOLDEN RULE HSE Golden Rule Pertamina EP adalah PatuhIntervensiPeduliDalam setiap operasi PT Pertamina EP. Mematuhi semua aturan yang terkait dengan HSE Health Safety Environment 2. Follow the isolation plan and supervision instructions attached to the work permit. SUNGAI GERONG SVP Corporate HSSE Lelin Eprianto dan SVP Human Capital Development HCD Ihsanuddin Usman melakukan management walkthrough MWT ke HSE Training Center pada 1212018. Dalam kesempatan tersebut Tengku Badarsyah memberikan pengarahan mengenai komitmen manajemen dan seluruh pekerja serta mitra kerja dalam menjalankan HSSE Golden Rules di lingkungan kerja Pertamina. Strengthen prevention by encouraging people to step in whenever they see something being done wrong. Clearly explain the basic rules that everyone should know and apply. Totals 12 Golden Rules. Rule number two is Traffic. Kunjungan tersebut menjadi salah satu bukti komitmen top management dalam membangun budaya HSSE melalui pelaksanaan pelatihan HSSE yang berkualitas di Pertamina. Workers must be aware of and increase their vigilance in downgraded situations. Home Blog EN 12 Golden Rules for Safety at Work By alfran Blog EN Sep 17 The Grupo Aldomer in our quest to ensure the health and safety at work of all our employees has created 12 GOLDEN RULES for Safety at Work in order to maximize the dissemination of these basic safety principles with a view to facilitating and maximizing their dissemination and integration in all activities and. Pertamina EP Asset 2-Field Limau. Untuk itu kepada seluruh pekerja dan pimpinan unit operasi Pertamina saya kembali mengingatkan dan mengimbau agar kita senantiasa menaati dan menjalankan seluruh aspek keselamatan kerja dan tertuang di dalam HSE Golden Rule Pertamina. Totals Golden Rules 31 4 6 5 7 10 98 11 12 2. Hold up an index finger on one hand then point to your head it means you should stop and think before you work to assess and manage the risks in every situation. Budaya Hsse 25 Q 750s Ast Man Other Quiz Quizizz Https Www Bgc Com Bn Wp Content Uploads 2017 05 12 Life Saving Rules Pdf Induksi Pekerja Baru Pt Pertamina Hulu Indonesia Pages 51 100 Flip Pdf Download Fliphtml5 Life Saving Rules Iogp Https Www Pertamina Com Media Ca8c118a 8b18 4855 B590 C46cca93d214 Energia 20maret 202017 20web Pdf Upaya Maksimal Pertamina Pdf Download Gratis Pertamina 12 Corporate Live Saving Rules By Wastana Haikal Youtube Https Icmem Sbm Itb Ac Id Uploads Proceedings 1504683747 933776 Pdf Hsse Pertamina Ep Bonus Pertamina Dukung Pssi Kembangkan Sepak Bola Nasional Sisipan Hsse Fair Weekly Customer Centricity Pdf Download Gratis Ar Pertamina 2018 Eng Lr Pdf Energy Industry Economies Golden Rules Of Safety Ii Safety At Work Youtube Live Saving Rules Pertamina Hulu Energi Andromeda Id Https Www Pertamina Com Media File Energia Weekly 10 Februari 2020 Pdf Life Saving Rules Iogp Video Animasi Life Saving Rules Pt Pertamina Ep Cepu Youtube Satria Muda Pertamina Jakarta West Bandits Solo Live Score Video Stream And H2h Results Sofascore Bulank3ru3 Instagram Posts Photos And Videos Picuki Com 14 Life Saving Rules Pt Pertamina Ep Asset 1 Youtube
MEDAN - PT Pertamina Persero dalam menyediakan dan mengembangkan energi untuk mendukung terciptanya kemandirian energi nasional, harus sejalan dengan komitmen menjalankan proses bisnis yang aman, sehat dan berwawasan lingkungan. Unit Manager Communication Relation and CSR Pertamina Regional Sumatera bagian Utara Sumbagut, Taufikurachman mengatakan, pihaknya senantiasa menjadikan budaya Keselamatan, Kesehatan dan Kerja K3 sebagai prinsip fundamental. Dalam bekerja, mereka selalu mengutamakan Health, Safety, Security dan Environment HSSE, menguasai diri dan lingkungan kerja sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah. "Zero accident, itu target kita ,” kata Taufikurachman dalam keterangan tertulisnya, Rabu 17/2/2021. Asisten Manager HSE Operation Achmad Surya Karbala menambahkan, ketika terjadi insiden, Pertamina selalu melakukan investigasi secara struktural hingga ke tahap rekomendasi perbaikan. Dia tidak memungkiri beberapa insiden pernah terjadi namun pihaknya memiliki sistem bernama insiden investigasi. "Setelah mendapat hasil investigasi, kami akan memberikan rekomendasi perbaikan, salah satunya terhadap peraturan yang senantiasa berkembang setiap saat,” ucapnya. Selain itu, pihaknya juga menerapkan HSSE Golden Rule. Seluruh pekerja dengan program patuh yaitu pelaporan terhadap beberapa kondisi dan perilaku tidak aman, para pekerja dapat melaporkan sedini mungkin kondisi tidak aman tersebut sehingga segera dapat dilakukan pencegahan sekaligus perbaikan. “Kami sudah memiliki teknologi informasi untuk semua pihak-pihak Pertamina baik itu pekerja, awak mobil tangki dan lain-lain. Sudah bisa melaporkan apapun temuan, kondisi tidak aman maupun perilaku tidak aman,” kata Achmad. Sementara itu, Fuel Terminal FT Manager Medan Group M Ikmal mengatakan, keunggulan FT Medan Group adalah fasilitas pengisian mobil tangki Pertamina yang secara aktif menerapkan teknologi untuk membantu proses operasional. New gantry system adalah sistem teknologi pengisian mobil tangki dengan automasi metode swap card sehingga mengurangi proses interface manusia saat proses pengisian. “Didukung penggunaan teknologi yang handal dan penerapan aspek keselamatan pada setiap proses operasional, FT Medan Group mampu menyalurkan produk BBM dengan kemampuan liter per hari,” ujarnya. Superintendent RSD Labuhandeli, Eri Wibowo menambahkan, tim Pertamina secara khusus bagian HSSE membuat dan memperbaiki kebijakan-kebijakan agar semakin safety sehingga kedepannya kecelakaan dapat dicegah. Walaupun tidak pernah terjadi kecelakaan kerja, pihaknya tetap waspada. Contohnya saat ini, ada program bulan K3 dengan melakukan pelatihan pemadaman kebakaran, pengujian sarana dan fasilitas di tangki timbun. “Di Medan Group belum ada kejadian yang sampai fatal, kita juga menghindari jangan sampai terjadi. Ada 131 mobil tangki melayani 600 SPBU. Mobil akan bolak-balik ke FT Medan Group yang buka 24 jam setiap hari. Tahun ini, kita mendapat penghargaan dengan kategori zero accident dari Disnaker. Tetap kita waspada...” ucap Eri. Kegiatan yang berwawasan lingkungan, HSSE FT Medan Group melakukan program CSR Pekan Labuhan Bestari berupa kampung warna-warni ecobrick, pembuatan ecoenzym, bunda-bunda menjahit dan doorlenial di Belawan Bahari. Untuk kegiatan HSSE, FT Medan Group menggelar pelatihan pemadaman api nyata, sosialisasi contractor safety management system, test screening NAPZA, refreshment defensive driving training Awak Mobil Tangki AMT.
– PT Pertamina Persero berkomitmen menyediakan energi dan mengembangkan energi baru guna mendukung terciptanya kemandirian energi nasional. Tak hanya itu saja, Pertamina juga berkomitmen dalam menjalankan proses bisnis secara aman, sehat dan berwawasan lingkungan. Unit Manager Communication Relation & CSR Pertamina Regional Sumatera bagian Utara Sumbagut, Taufikurachman mengatakan pihaknya senantiasa menjadikan budaya K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai prinsip fundamental dalam prioritas strategi bisnis. “Dalam bekerja kita selalu mengutamakan Health, Safety, Security, dan Environment HSSE, menguasai diri dan lingkungan kerja sehingga nantinya kecelakaan kerja dapat dicegah atau Zero Accident ,” ujar Taufikurachman. Sementara itu, Asisten Manager HSE Operation, Achmad Surya Karbala menambahkan ketika terjadi insiden, Pertamina selalu melakukan investigasi secara struktural hingga ke tahap rekomendasi perbaikan. “Tidak dipungkiri beberapa insiden juga pernah terjadi namun kami memiliki sistem yang namanya insiden investigasi. Setelah mendapat hasil investigasi, kami akan memberikan rekomendasi perbaikan, salah satunya terhadap peraturan yang senantiasa berkembang setiap saat,” ucapnya. Selain itu kata Achmad, pihaknya juga menerapkan HSSE Golden Rule dimana seluruh pekerja dengan program patuh yaitu pelaporan terhadap beberapa kondisi dan perilaku tidak aman. Para pekerja dapat melaporkan sedini mungkin kondisi tidak aman tersebut sehingga segera dapat dilakukan pencegahan sekaligus perbaikan. “Jadi kami sudah memiliki teknologi informasi untuk semua pihak-pihak Pertamina baik itu pekerja, awak mobil tangki AMT dan lain-lain itu sudah bisa melaporkan apapun temuan kondisi tidak aman maupun perilaku tidak aman,” ungkapnya. Sementara itu Fuel Terminal FT Manager Medan Group M. Ikmal mengatakan keunggulan FT Medan Group, pada fasilitas pengisian mobil tangki Pertamina secara aktif menerapkan teknologi untuk membantu proses operasional yaitu dengan new gantry system, sistem teknologi pengisian mobil tangki dengan sistem automasi metode swap card sehingga mengurangi proses interface manusia di dalam proses pengisian. “Dengan didukung oleh penggunaan teknologi yang handal dan juga penerapan aspek keselamatan pada setiap proses operasional, FT Medan Group mampu menyalurkan produk BBM dengan kemampuan liter per hari,” ujarnya. Superintendent RSD Labuhan Deli, Eri Wibowo mengatakan tim Pertamina secara khusus bagian HSSE membuat dan memperbaiki kebijakan kebijakan agar semakin safety sehingga kedepannya kecelakaan dapat dicegah. “Di Medan Group belum ada kejadian yang sampai fatal, kita juga menghindari jangan sampai terjadi. Tahun ini juga kita mendapatkan penghargaan dengan kategori zero accident dari Disnaker. Kemudian walaupun tidak pernah terjadi di Medan Group ini kita tetap waspada dengan melakukan program-program contohnya pada bulan ini kita juga ada program bulan K3 pelatihan pemadaman kebakaran, pengujian sarana dan fasilitas sarfas yang ada di tangki timbun secara berkala, tetap kita waspada,” ucap Eri. Diakuinya, 131 mobil tangki melayani sebanyak 600 SPBU jadi mobil tangki akan bolak-balik ke FT. FT Medan Group buka 24 jam setiap hari. Dalam kegiatan yang berwawasan lingkungan, HSSE FT Medan Group melakukan program-program CSR pekan Labuhan Bestari Kampung warna-warni ecobrick, bunda-bunda menjahit, doorlenial Belawan Bahari. Sementara itu kegiatan HSE FT Medan Group berupa pelatihan pemadaman api nyata, sosialisasi contractor safety management system, test screening NAPZA, refreshment defensive driving training AMT.red Post Views 1
Problems in PEP Asset 5 are in the form of unsafe behavior such as lack of knowledge and skills so that they fail to remind, secure, and identify hazards. PEKA PERISAI as an effort to prevent workplace accidents was officially implemented in 2020. This study aims to evaluate the application of PEKA PERISAI, the obstacles in its implementation, and the effect of PEKA PERISAI on K3 in PEP Asset 5. The study uses a qualitative and quantitative approach. Collecting data through interviews, questionnaires, observation, and documentation. Data analysis used ISM Interpretative Structural Model to evaluate the objectives and constraints in the application of PEKA PERISAI, and linear regression test to evaluate the effect of PEKA PERISAI on K3 in PEP Asset 5. The driving force is to support the implementation of the Pertamina HSE Golden Rules Comply, Intervention, and Care, and the second objective is to provide coaching and counseling so that work is carried out safely according to procedures. 2 The evaluation of constraints based on ISM shows that all macro constraints are major obstacles, especially the lack of guidance, guidance, and supervision of hazard control. In 2020, 1,792 unsafe cases were found with 1,517 cases being human error 3 The application of PEKA PERISAI had a positive and significant effect on OHS by 16%, meaning that by increasing PEKA PERISAI, K3 in PEP Asset 5 can also increase. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Migasian / e-issn 2615-6695 , p-issn 2580-5258 Vol. 5, No. 2, Desember 2021 21 Evaluasi Penerapan Program “Peka Perisai” Studi Kasus Bagian Pemboran dan WOWS PT. Pertamina EP Asset v Andri Tri Susanto 1,a*, Maya Dewi Dyah Mahara1 dan Tatan Sukwika2 1,2Prodi Magister MK3L, Universitas Sahid Jakarta, Jakarta Pusat, Indonesia, 10220 Email a* Diterima 13 Desember 2021, Direvisi 31 Desember 2021 Abstract. Problems in PEP Asset 5 are in the form of unsafe behavior such as lack of knowledge and skills so that they fail to remind, secure, and identify hazards. PEKA PERISAI as an effort to prevent workplace accidents was officially implemented in 2020. This study aims to evaluate the application of PEKA PERISAI, the obstacles in its implementation, and the effect of PEKA PERISAI on K3 in PEP Asset 5. The study uses a qualitative and quantitative approach. Collecting data through interviews, questionnaires, observation, and documentation. Data analysis used ISM Interpretative Structural Model to evaluate the objectives and constraints in the application of PEKA PERISAI, and linear regression test to evaluate the effect of PEKA PERISAI on K3 in PEP Asset 5. The driving force is to support the implementation of the Pertamina HSE Golden Rules Comply, Intervention, and Care, and the second objective is to provide coaching and counseling so that work is carried out safely according to procedures. 2 The evaluation of constraints based on ISM shows that all macro constraints are major obstacles, especially the lack of guidance, guidance, and supervision of hazard control. In 2020, 1,792 unsafe cases were found with 1,517 cases being human error 3 The application of PEKA PERISAI had a positive and significant effect on OHS by 16%, meaning that by increasing PEKA PERISAI, K3 in PEP Asset 5 can also increase. Keywords evaluation, hsse, ism, peka perisai, pep. Abstrak. Permasalahan di PEP Asset 5 berupa perilaku tidak aman seperti kurangnya pengetahuan dan keterampilan sehingga gagal mengingatkan, mengamankan, serta mengidentifikasi bahaya. PEKA PERISAI sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja resmi dilaksanakan tahun 2020. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penerapan PEKA PERISAI, kendala-kendala dalam penerapannya, dan pengaruh PEKA PERISAI terhadap K3 di PEP Asset 5. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data melalui wawancara, angket, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan ISM Interpretative Structural Model untuk mengevaluasi tujuan dan kendala dalam penerapan PEKA PERISAI, dan uji regresi linear untuk mengevaluasi pengaruh PEKA PERISAI terhadap K3 di PEP Asset 5. Hasil penelitian yaitu 1 Evaluasi tujuan berdasarkan ISM menunjukkan bahwa tujuan utama sebagai penggerak yaitu mendukung penerapan Pertamina HSE Golden Rules Patuh, Intervensi, dan Peduli, dan didukung tujuan kedua berupa memberikan coaching dan consoling agar pekerjaan aman dilakukan sesuai prosedur. 2 Evaluasi kendala berdasarkan ISM menunjukkan bahwa semua kendala makro menjadi kendala besar terutama kurangnya pembinaan, bimbingan, dan pengawasan pengendalian bahaya. Tahun 2020 ditemukan kasus tidak aman dengan kasus 84,65 % merupakan human error 3 Penerapan PEKA PERISAI berpengaruh positif dan signifikan terhadap K3 sebesar 16 %, artinya dengan peningkatkan PEKA PERISAI maka K3 di PEP Asset 5 pun dapat meningkat. Kata kunci evaluasi, hsse, ism, peka perisai, pep Susanto Evaluasi Penerapan Program “Peka Perisai” Studi Kasus Bagian Pemboran dan WOWS EP Asset 5 Jurnal Migasian, e-issn 2615-6695 / p-issn 2580-5258 22 PENDAHULUAN Kasus kecelakaan yang terjadi di lokasi kerja setiap tahunnya bisa lebih dari 250 juta, sedangkan bahaya di tempat kerja menyebabkan lebih dari 160 juta pekerja sakit, bahkan sebanyak 1,2 juta pekerja kehilangan nyawa yang disebabkan kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Akibat hal tersebut, biaya yang dikeluarkan untuk pekerja dan dana sosial justru lebih tinggi dibanding biaya produksi [1]. Kerugian akibat kecelakaan kerja tidak hanya materi, namun juga bisa kehilangan nyawa. Hal tersebut dapat mengganggu keseluruhan proses produksi sehingga jika perusahaan tidak memperhatikan K3 maka kecelakaan dapat tinggi dan kerugian perusahaan semakin meningkat [2]. Manusia memiliki andil dalam kecelakaan kerja lebih sering karena berinteraksi secara langsung dengan alat-alat serta mesin untuk produksi. Kecerobohan menjadi hal yang sering dilakukan yang menyebabkan kecelakaan kerja seperti melakukan pekerjaan di bawah beban yang bergantung, berada di lokasi kerja yang kurang aman, mendapatkan penyinaran yang kurang, waktu bekerja pada malam hari, dan peralatan kerja yang tidak digunakan dengan layak digunakan seperti penutup kepala helm, masker penutup hidung dan mulut, dan sebagainya [3]. Permasalahan yang ditemukan di pemboran dan WOWS EP PEP Asset 5 berupa tindakan tidak aman dalam perilaku kerja. Data selama 2014-2016 menunjukkan bahwa terdapat tindakan tidak aman yang disebabkan faktor personil seperti kurangnya pengetahuan dan keterampilan sehingga gagal untuk mengingatkan dan mengamankan, serta gagal mengikuti prosedur/instruksi dan mengidentifikasi bahaya. Hal ini menjadi dasar penerapan program PEKA PERISAI sebagai upaya dalam pencegahan terhadap kecelakaan kerja yang berpengaruh pada nilai lagging indicator dengan pendekatan HSSE yang dicanangkan sejak akhir tahun 2019 dan resmi dilaksanakan tahun 2020. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penerapan PEKA PERISAI, kendala-kendala dalam penerapannya, dan pengaruh penerapan program PEKA PERISAI terhadap K3 di PEP Asset 5. TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan kerja sebagai kondisi yang aman dan selamat dari derita dan kerugian di tempat kerja dalam berbagai kondisi seperti saat mengoperasikan alat, bahan, mesin-mesin dalam proses pengolahan, teknik pengepakan, penyimpanan, maupun menjaga dan mengamankan tempat kerja serta lingkungan kerja, sedangkan definisi kesehatan kerja adalah kondisi pekerja yang terhindar dari gangguan fisik dan mental yang disebabkan interaksi dengan pekerjaan dan lingkungannya [4]. Penerapan K3 saat ini berdasarkan standar bertaraf internasional yaitu ISO 450012018 yang merupakan pengganti OHSAS 180012007. Standar ISO 45001 pertama kali diterbitkan lembaga ISO pada bulan Oktober 2013 dan disusun oleh komite ISO/PC 283 yang memiliki tanggung jawab dalam proses standarisasi. Penyusunan ISO ini diwakili dari 70 negara. Revisi terbaru ISO 45001 telah dipublikasikan pada bulan Maret 2018. Dengan diterbitkannya ISO 45001 maka OHSAS 18001 ditarik secara resmi dengan menunjuk lembaga BSI untuk melakukan prosesnya dengan memberi kesempatan perusahaan-perusahaan melakukan migrasi hingga Maret 2021. ISO 45001 menggunakan panduan struktur sesuai standar sistem manajemen yaitu Annex SL dengan tujuan memudahkan integrasi Jurnal Migasian / e-issn 2615-6695 , p-issn 2580-5258 Vol. 5, No. 2, Desember 2021 23 dengan standar sistem manajemen lain seperti ISO 9001 dan ISO 14001. Tujuan dan manfaat K3 didasarkan pada hukum yang berlaku yaitu Undang-Undang tentang Kecelakaan Tahun 1947 yang dinyatakan berlaku pada tanggal 6 Januari 1951, kemudian disusul dengan Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan Kecelakaan Tahun 1947 PP No. 2 tahun 1948. Dalam penelitian Elphiana et al. [5], sumber-sumber hukum yang menjadi dasar penerapan program K3 di Indonesia adalah sebagai berikut 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja 5. Peraturan Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayan Jaminan Sosial Tenaga Kerja 6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja 7. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Salah satu upaya dalam penerapan K3 adalah dengan pendekatan Behavior Based Safety BBS. Cooper [6] menjelaskan bahwa BBS adalah suatu proses yang membangun hubungan keamanan yang dilakukan antara manajemen dan pekerja secara berkelanjutan mengenai perilaku terhadap setiap orang dan orang lain, serta usaha untuk berperilaku selamat. Prinsip dasar penerapan BBS adalah tanpa nama orang yang diamati, tanpa menyalahkan dan secara terbuka/tidak diam-diam no observee name, no blame, no sneak up. Dalam BBS terjadi proses untuk identifikasi perilaku yang selamat dan/atau yang berisiko dan penerapan tindakan perbaikan yang diperlukan. Hasil dari pelaksanaan observasi BBS akan dilakukan pendataan dan analisa lebih lanjut, untuk mengetahui dan mengatasi kendala-kendala dalam penerapan perilaku selamat dalam bekerja. Proses BBS yang efektif membutuhkan perencanaan yang baik dan pelaksanaan yang konsisten dengan dukungan dan keterlibatan nyata dari para pimpinan sehingga dapat membangun budaya komitmen. BBS di PEP dilakukan dengan tujuan 1. Meningkatkan perilaku selamat dan menurunkan risiko di tempat kerja, dengan mengenali dan memberikan apresiasi untuk memperkuat perilaku selamat safe behavior dan memberikan umpan balik yang membangun constructive terhadap perilaku yang berisiko at-risk behavior. 2. Peningkatan saling kepedulian terhadap sesama akan keselamatan dengan pendekatan interaksi dan komunikasi untuk terciptanya saling percaya trust. 3. Meningkatkan safety behavior dikalangan pekerja dengan mengenali dan mengatasi kendala-kendala terhadap perilaku yang selamat, berdasarkan hasil analisa pengamatan perilaku. 4. Mendukung penerapan HSE Golden Rules patuh, intervensi, peduli. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di bagian pemboran dan WOWS PEP Asset 5. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2021. Sumber data dalam penelitian yaitu sumber primer yang diperoleh langsung dari informan melalui wawancara, angket, dan Susanto Evaluasi Penerapan Program “Peka Perisai” Studi Kasus Bagian Pemboran dan WOWS EP Asset 5 Jurnal Migasian, e-issn 2615-6695 / p-issn 2580-5258 24 observasi. Wawancara dilakukan kepada HSE Coach dan bagian manajemen, sedangkan kuesioner diberikan kepada pekerja untuk mengetahui pengaruh penerapan PEKA PERISAI terhadap K3. Observasi dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati berbagai hal yang berkaitan dengan perilaku aman pekerja di PEP Asset 5. Sumber lain yaitu sumber sekunder berupa dokumentasi yang meliputi buku-buku dan jurnal-jurnal yang mendukung penelitian, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan K3, kebijakan BBS di pemboran dan WOWS PEP Asset 5, dan data-data dari lokasi penelitian yang berkaitan dengan BBS. Teknik pengambilan sampel untuk metode wawancara dilakukan dengan metode snowball, sedangkan pengambilan sampel untuk angket menggunakan menggunakan purposive sampling, yaitu populasi sudah ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pekerja lapangan di PEP Asset 5 yang terlibat program PEKA PERISAI. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan Interpretative Structural Modelling ISM yang dikembangkan oleh Saxena [7] dan analisis regresi linear. ISM untuk mengevaluasi penerapan PEKA PERISAI berdasarkan tujuan dan kendala, sedangkan analisis regresi linear untuk mengukur pengaruh PEKA PERISAI terhadap K3 di PEP Asset 5. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PEP Asset 5 Bagian pemboran di PEP merupakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas. PEP Asset 5 beroperasi di bawah pengawasan PEP dan menyediakan kebutuhan energi nasional dari wilayah Kalimantan. PEP Asset 5 mengoperasikan field Sanga-Sanga dan Sangatta Kalimantan Timur, dan Bunyu Kalimantan Utara. Terdapat 16 rig di lokasi Sanga-Sanga, 2 rig di Sangatta, dan 7 rig di Bunyu. Dua lokasi penting di PEP Asset 5 yaitu pemboran dan well service dan work service WOWS. Irawan & Wibawa [8] mengemukakan bahwa pemboran sumur merupakan langkah lanjutan dari pencarian untuk membuktikan ada atau tidaknya sumber cadangan minyak dan gas dengan membuat lubang secara bertahap hingga kedalaman yang disesuaikan dengan hasil studi dan evaluasi kondisi bawah tanah dari data seismik. Menurut Khan et al., [9], kegiatan operasional dalam pemboran merupakan kegiatan yang dianggap paling berbahaya karena resiko tinggi dalam proses eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Rubiandini [10] bahwa pemboran sumur migas merupakan proyek dengan risiko tinggi high risk serta memerlukan biaya tinggi high cost, bahkan sebuah sumur sering gagal dilanjutkan karena bersifat tinggi risiko dan hasilnya tidak dapat diperkirakan unpredictable sehingga biaya yang dikeluarkan secara ekonomis sudah tidak layak dilanjutkan. Bagian yang perlu diperhatikan setelah pemboran adalah well service dan work service WOWS. Well service atau perawatan sumur yang rutin untuk mempertahankan produksi atau memperbaiki sumur tanpa mengubah zona produksi, sedangkan work over atau kerja ulang merupakan pekerjaan untuk memperbaiki atau menambah produksi tetapi dengan cara-cara mengubah atau mengolah zona produksi atau mengganti zona produksi. Bagian WOWS perlu dilakukan karena penyebab kehilangan produksi dan penyebab kerusakan. Jurnal Migasian / e-issn 2615-6695 , p-issn 2580-5258 Vol. 5, No. 2, Desember 2021 25 B. Penerapan PEKA PERISAI di PEP Asset 5 Pelaksanaan PEKA PERISAI dengan menggunakan pendekatan behavioral safety perilaku pekerja dengan Standar Operational Procedure SOP berikut 1. Observer memberikan informasi mengenai tujuan observasi dalam PEKA PERISAI 2. Observer melakukan pengamatan sesuai lembar panduan berisi indikator-indikator pengamatan untuk menilai perilaku kerja yang dikategorikan Safe, NC Non Conformance, HE Human Error, AR At Risk, dan R Reckless 3. Observer dapat melakukan intervensi jika ditemukan perilaku tidak aman dengan tenang tanpa judgment atau menyalahkan pekerja, 4. Observer dan pekerja melakukan dialog yang merupakan inti PEKA PERISAI yang berisi pengalaman kerja, kesulitan yang dihadapi, dan yang dihadapi pekerja, dan observer menerima berbagai cerita maupun tanggapan pekerja tanpa menyudutkan atau menghakimi pekerja jika melakukan kesalahan yang akhirnya terjadi diskusi, 5. Menyimpulkan hasil dialog serta membuat kesepakatan antara observer dan pekerja untuk menerapkan perilaku aman, dan 6. Observer membuat laporan hasil observasi dalam PEKA Online. Untuk dapat mengidentifikasi perilaku aman atau tidak aman dalam bekerja, maka menggunakan indikator PEKA PERISAI terdiri dari 19 indikator yang digunakan untuk pengamatan yaitu tools & equipment, safe zone position, STK & permit to work, isolation, confined space, lifting operation, fit to work, working at height, drop object, excavation, gas test, driving, alat pelindung diri, pelindung tersandung dan terjatuh, bahan kimia, pekerjaan panas, penggunaan bahan peledak, electric safety, dan penggunaan radioaktif. C. Evaluasi Penerapan PEKA PERISAI di PEP Asset 5 dengan ISM Interpretative Structural Modeling ISM menghasilkan 3 hal yaitu elemen kunci, struktur hirarki elemen, dan pengelompokan elemen dalam empat sektor klasifikasi independent, linkage, dependent, dan autonomous. Sektor independent merupakan elemen yang memiliki kekuatan penggerak besar namun memiliki tingkat ketergantungan yang kecil. Sektor linkage merupakan sektor yang memiliki hubungan antar peubah yang tidak stabil dan setiap perubahan tindakan dari peubah tersebut akan berdampak terhadap sub-elemen lainnya sehingga sub-elemen sektor linkage harus dikaji dengan hati-hati. Sektor dependent merupakan sub-elemen yang tidak bebas. Sektor autonomus merupakan sub-elemen yang tidak terkait langsung dengan sistem, memiliki hubungan yang kecil, namun memiliki pengaruh kuat dalam pencapaian tujuan [11]. Untuk mengevaluasi program PEKA PERISAI di. PEP Asset 5 menggunakan ISM, dua hal yang menjadi fokus penelitian yaitu tujuan dan kendala. 1. Evaluasi Tujuan PEKA PERISAI Berdasarkan ISM Berdasarkan wawancara mendalam dan diskusi dengan para pakar di PEP Asset 5 yaitu HSE coach, terdapat 10 tujuan yang ingin dicapai dalam PEKA PERISAI meliputi a. Mendukung Pertamina HSE Golden Rules Patuh, Intervensi, dan Peduli E1. b. Memastikan pekerjaan berisiko tinggi di kegiatan pemboran, WO-WS, dan project dilaksanakan dengan aman E2. Susanto Evaluasi Penerapan Program “Peka Perisai” Studi Kasus Bagian Pemboran dan WOWS EP Asset 5 Jurnal Migasian, e-issn 2615-6695 / p-issn 2580-5258 26 c. Membentuk safety culture yang baik di level frontliner PEP E3. d. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja di kegiatan operasi PEP E4. e. Melatih kepekaan dan keberanian pekerja untuk menghentikan aktivitas/pekerjaan yang dinilai membahayakan sekali E5. f. Memberikan motivasi kepada pekerja mempertahankan perilaku selamat E6. g. Membangun budaya komunikasi HSSE antar pekerja sebagai perbaikan langsung dan pembelajaran atas hasil observasi yang dilakukan E7. h. Menjadi wadah/media pelaporan atas observasi yang dilakukan dan menjadi sumber informasi yang akan digunakan untuk melihat kecenderungan dari perilaku berisiko dan kondisi berbahaya yang terjadi sehingga dapat ditentukan tindakan pencegahan dan perbaikan agar tidak terulang E8. i. Melakukan observasi untuk menentukan tindakan pencegahan dan perbaikan agar tidak terulang E9. j. Memberikan coaching dan consoling sebagai pelatihan atas perilaku kerja yang tidak aman sehingga pekerja mendapatkan pengetahuan kerja aman sesuai dengan prosedur E10. Hubungan antar elemen tujuan PEKA PERISAI diperoleh dari pendapat akademisi. Structural Self-Interaction Matrix SSIM awal kemudian disusun berdasarkan hubungan antar elemen tujuan. Interpretasi Reachability Matrix elemen tujuan disajikan berikut Tabel 1. Reachability Matrix final dan interpretasi elemen tujuan Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa Driver Power tertinggi atau elemen kunci yang merupakan tujuan paling utama dan prioritas untuk dicapai di PEP adalah mendukung penerapan Pertamina HSE Golden Rules, yakni Patuh, Intervensi, dan Peduli. Tujuan tersebut menjadi pendorong terbesar dalam penerapan PEKA PERISAI di PEP Asset 5 dalam menekan kecelakaan kerja. Sub elemen tujuan yang mempunyai prioritas terpenting kedua adalah memberikan coaching dan consoling sebagai pelatihan atas perilaku kerja yang tidak aman sehingga pekerja mendapatkan pengetahuan kerja aman sesuai dengan prosedur. Artinya, dengan coaching dan consoling sebagai pelatihan atas perilaku kerja memberikan peran besar dalam tercapainya HSE Golden Rules. Berdasarkan Driver Power DP dan Dependence, ke-10 sub elemen dikelompokkan ke dalam 4 sektor Gambar 1. Gambar 1. Matrix Driver Power-Dependence Elemen Tujuan Jurnal Migasian / e-issn 2615-6695 , p-issn 2580-5258 Vol. 5, No. 2, Desember 2021 27 Dikemukakan oleh Maharani & Sara [11] bahwa analisis klasifikasi dari setiap elemen menunjukkan adanya peubah tidak bebas dan terpengaruh oleh program yang dijalankan, yaitu sebagai tindakan tujuan dari sub-sub elemen lainnya. Dari Gambar 1 terlihat bahwa sub elemen tujuan mendukung penerapan Pertamina HSE Golden Rules, yakni Patuh, Intervensi, dan Peduli E1 berada pada sektor independent IV dan memiliki daya dorong paling besar untuk mencapai tujuan lainnya dalam penerapan PEKA PERISAI. Peringkat daya dorong kedua adalah tujuan memberikan coaching dan consoling sebagai pelatihan atas perilaku kerja yang tidak aman sehingga pekerja mendapatkan pengetahuan kerja aman sesuai dengan prosedur. Hal ini menunjukkan bahwa HSE Golden Rules serta pemberian coaching dan consoling mendorong tujuan lainnya untuk dapat tercapai dengan baik E10. Dengan daya gerak yang besar dan ketergantungan terhadap sistem yang rendah, pencapaian kedua tujuan tersebut dapat mendorong pencapaian tujuan lainnya dalam penerapan PEKA PERISAI. Elemen tujuan yang masuk ke dalam sektor linkage III adalah memastikan bahwa pekerjaan berisiko tinggi di kegiatan pemboran, WO-WS dan project dilaksanakan dengan aman E2, membentuk safety culture yang baik di level frontliner PEP E3, mencegah terjadinya kecelakaan kerja di kegiatan operasi PEP E4, melatih kepekaan dan keberanian pekerja untuk menghentikan aktivitas atau pekerjaan yang dinilai membahayakan sekali E5, memberikan motivasi kepada pekerja untuk mempertahankan perilaku selamat E6, membangun budaya komunikasi HSSE antar pekerja sebagai perbaikan langsung dan pembelajaran atas hasil observasi yang dilakukan E7, dan melakukan observasi untuk menentukan tindakan pencegahan dan perbaikan agar tidak terulang E9. Dengan berada di sektor ini, ketujuh elemen tujuan tersebut sangat tergantung pada sistem, namun juga memberikan dampak besar bagi tercapainya tujuan lainnya. Dengan pencapaian ketujuh tujuan ini maka tujuan lainnya dapt tercapai dengan baik. Elemen tujuan E8 yaitu menjadi wadah/media pelaporan observasi yang dilakukan dan menjadi sumber informasi yang akan digunakan untuk melihat kecenderungan perilaku berisiko dan kondisi berbahaya yang terjadi sehingga dapat ditentukan tindakan pencegahan dan perbaikan agar tidak terulang. Sektor ini dikategorikan weak driver-strongly dependent variable II, artinya sangat tergantung dengan sistem dan tujuan lainnya. Penerapan Pertamina HSE Golden Rules, yakni Patuh, Intervensi, dan Peduli menjadi prioritas utama dalam program PEKA PERISAI mengingat berbagai potensi pekerjaan di pemboran dan WOWS yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Patuh artinya setiap unsur dalam perusahaan wajib patuh pada kebijakan dan peraturan terkait HSSE, intervensi yaitu siapapun yang bekerja di dalamnya dapat mengintervensi apabila ditemukan kondisi yang tidak aman, serta peduli diwujudkan dengan saling memperhatikan dan memperdulikan satu sama lain di setiap wilayah kerja. Dengan penerapan Golden Rules diharapkan dapat menekan angka kecelakaan kerja. 2. Evaluasi Kendala PEKA PERISAI berdasarkan ISM Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan diskusi dengan para pakar di PEP Asset 5 yaitu HSE coach dan manajemen HSE, kendala meliputi kendala makro dan kendala mikro. Berikut ini berbagai permasalahan yang telah disusun berdasarkan wawancara dengan para ahli Susanto Evaluasi Penerapan Program “Peka Perisai” Studi Kasus Bagian Pemboran dan WOWS EP Asset 5 Jurnal Migasian, e-issn 2615-6695 / p-issn 2580-5258 28 a. Kurangnya pembinaan, bimbingan, pengawasan, serta bidang pengendalian bahaya E1. b. Adanya peraturan tenaga kerja AKAD dan AKAL yang menyebabkan pergantian tenaga kerja tinggi E2. c. Fasilitas untuk pelatihan dan sertifikasi industri migas masih terbatas, yaitu berada di kota Cepu, Jakarta, dan Palembang E3. d. Perkembangan tekonologi perlu diantisipasi agar bahaya yang ditimbulkan dapat diminimalisir atau dihilangkan E4 e. Adanya kesenjangan sosial budaya dalam bentuk rendahnya disiplin dan kesadaran masyarakat terhadap masalah keselamatan kerja E5 f. Culture masing-masing daerah yang berbeda sehingga menyebabkan komunikasi tentang keselamatan kerja kurang berjalan maksimal E6 g. Kesadaran, dukungan, dan keterlibatan manajemen operasi terhadap usaha pengendalian bahaya dirasakan masih kurang E7 h. Anggapan keselamatan dan kesehatan kerja K3 adalah cost center E8 i. Kemampuan petugas keselamatan kerja di bidang rekayasa operasi dan keselamatan kerja, dan manajemen pengendalian bahaya masih kurang E9 j. Wewenang petugas keselamatan kerja yang terbatas saat menyampaikan keadaan atau kondisi tidak aman yang dapat menyebabkan insiden E10 k. Kurangnya acuan dan standar keselamatan kerja industri migas yang menggunakan bahasa Indonesia E11 Hubungan antar elemen kendala dalam penerapan PEKA PERISAI diperoleh dari pendapat akademisi. Interpretasi dari Reachability Matrix elemen kendala disajikan berikut Tabel 2. Reachability Matrix final dan interpretasi elemen kendala Berdasarkan Tabel di atas, Driver Power tertinggi atau elemen kunci yang merupakan kendala paling besar dalam penerapan PEKA PERISAI di PEP adalah masih dirasa adanya kekurangan dalam masalah pembinaan, bimbingan, pengawasan, serta bidang-bidang pengendalian bahaya. Sub elemen kendala yang kedua adalah adanya peraturan tentang tenaga kerja AKAD dan AKAL yang menyebabkan pergantian tenaga kerja menjadi tinggi. Berdasarkan Driver Power DP dan Dependence, ke-11 sub elemen dikelompokkan ke dalam 4 sektor Gambar 2.. Gambar 2. Matrix Driver Power-Dependence Elemen Kendala Berdasarkan Gambar 2 di atas terlihat bahwa sub elemen kendala dalam penerapan PEKA PERISAI paling besar adalah E1, yaitu masih dirasa adanya kekurangan dalam masalah pembinaan, bimbingan, pengawasan, serta bidang-bidang pengendalian bahaya. Kendala ini Jurnal Migasian / e-issn 2615-6695 , p-issn 2580-5258 Vol. 5, No. 2, Desember 2021 29 berada pada sektor independent IV bersama dengan kendala lainnya yaitu adanya peraturan tentang tenaga kerja AKAD dan AKAL yang menyebabkan pergantian tenaga kerja menjadi tinggi E2, perkembangan tekonologi yang perlu diantisipasi agar bahaya yang ditimbulkan dapat diminimalisir atau dihilangkan E4, adanya kesenjangan sosial budaya dalam bentuk rendahnya disiplin dan kesadaran masyarakat terhadap masalah keselamatan kerja E5, dan fasilitas untuk pelatihan dan sertifikasi industri migas masih terbatas, yaitu berada di kota Cepu, Jakarta, dan Palembang E3. Kelima kendala ini berada pada sektor independent IV dan memiliki pengaruh paling besar yang menentukan pencapaian tujuan PEKA PERISAI. Dengan daya gerak yang besar dan ketergantungan terhadap sistem yang rendah, kelima kendala tersebut dapat menjadi penghambat dalam penerapan PEKA PERISAI. Elemen kendala yang masuk dalam sektor linkage III adalah E6, yaitu culture masing-masing daerah yang berbeda sehingga menyebabkan komunikasi tentang keselamatan kerja kurang berjalan maksimal. Kendala di sektor ini sangat tergantung pada sistem, namun juga berdampak terhadap kendala lainnya. Kendala mengenai culture masing-masing daerah tersebut berpengaruh pada kendala lain dalam penerapan PEKA PERISAI. Lima kendala berada pada sektor dependent II yaitu kesadaran, dukungan, dan keterlibatan manajemen operasi terhadap usaha pengendalian bahaya dirasakan masih kurang E7, anggapan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja K3 adalah cost center E8, kemampuan petugas keselamatan kerja di bidang rekayasa operasi, rekayasa keselamatan kerja, dan manajemen pengendalian bahaya dirasakan masih kurang E9, wewenang petugas keselamatan kerja yang terbatas saat menyampaikan keadaan atau kondisi tidak aman yang dapat menyebabkan insiden E10, dan kurangnya acuan dan standar keselamatan kerja industri migas yang menggunakan bahasa Indonesia E11. Sektor ini dikategorikan weak driver-strongly dependent variable II, artinya sangat tergantung dengan sistem dan kendala lainnya. Berdasarkan evaluasi menggunakan ISM di atas, maka gambaran model struktural program PEKA PERISAI di PEP Asset 5 disajikan pada gambar berikut ini Gambar 3. Model Struktural Program PEKA PERISAI di PEP Asset 5 D. Pengaruh penerapan PEKA PERISAI terhadap K3 di PEP Aset 5 Untuk mengetahui pengaruh penerapan program PEKA PERISAI terhadap keselamatan dan kesehatan kerja K3 di PEP Asset 5 dilakukan dengan uji regresi linear terhadap angket yang telah disebarkan kepada 135 responden yang merupakan pekerja di lokasi kerja tersebut. 1. Karakteristik responden Keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah laki-laki mengingat lokasi kerja yaitu pemboran dan WOWS migas dengan risiko tinggi dan membutuhkan fisik serta mental kuat yang umumnya dimiliki laki-laki. Berdasarkan karakteristik usia, responden dalam penelitian ini berdasarkan umur berada pada rentang 27 – 55 Responden paling banyak berusia 45 tahun yaitu sebanyak 14 responden 10,4 %, sedangkan responden paling sedikit berusia 27 tahun, 28 tahun, dan 41 tahun yang Susanto Evaluasi Penerapan Program “Peka Perisai” Studi Kasus Bagian Pemboran dan WOWS EP Asset 5 Jurnal Migasian, e-issn 2615-6695 / p-issn 2580-5258 30 masing-masing sebanyak 1 responden 0,7 %. Jumlah terbanyak kedua berusia 43 tahun dan 47 tahun masing-masing berjumlah 13 responden 9,6 %. Adapun terbanyak berikutnya yaitu usia 35 tahun sebanyak 11 orang 8,1 %, usia 42 tahun sebanyak 10 orang 7,4 %, dan usia 44 tahun sebanyak 9 orang 6,7 %. Dapat disimpulkan bahwa responden didominasi usia ≥ 42 tahun. Berdasarkan karakteristik lama bekerja, lama bekerja responden paling banyak yaitu 5 tahun sebanyak 21 orang 15,6 %, berikutnya lama bekerja 3 tahun yaitu 18 responden 13,3 % dan 6 tahun sebanyak 16 orang 11,9 %. lama bekerja didominasi oleh pekerja dengan lama bekerja ≤ 6 tahun dengan jumlah 80 responden atau separuh lebih. Hal ini disebabkan peraturan yang memberlakukan pemberdayaan masyarakat sekitar dalam rangka penyerapan tenaga kerja, sedangkan dalam aktivitas pemboran memungkinkan sering pindah. Hal tersebut menjadi alasan seringnya pergantian tenaga kerja. Berdasarkan posisi pekerjaan, paling banyak yaitu floorman 24 orang atau 17,8%, dan terbanyak berikutnya adalah derrickman yaitu 12 orang 8,9%. Floorman operator lantai bor merupakan pekerja yang membantu driller di bekerja di rig floor pada saat melakukan pekerjaan koneksi ataupun unkoneksi pada pipa-pipa pengeboran. Derrickman merupakan operator menara bor, bertugas di ketinggian membantu driller menyusun pipa-pipa bor pada jari-jari Monkey Board yang berada di atas menara rig. Jumlah paling sedikit yaitu ADM, operator dan paritan masing-masing 1 orang responden 0,7%. 2. Pengaruh Penerapan PEKA PERISAI terhadap K3 di PEP Asset 5 Pengaruh penerapan PEKA PERISAI terhadap K3 dilakukan dengan uji regresi linear, dengan variabel penerapan PEKA PERISAI sebagai variabel bebas X dan K3 di PEP sebagai variabel terikat Y. Sebanyak 20 item pernyataan variabel bebas dan 20 pernyataan variabel terikat telah diuji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS yang menunjukkan item valid dan reliabel sehingga digunakan dalam uji regresi. Uji regresi linear bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu penerapan PEKA PERISAI terhadap variabel terikat K3. Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3. 16 Output regresi linear Sumber Lampiran diolah Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel bebas X yaitu penerapan PEKA PERISAI memiliki signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan PEKA PERISAI X berpengaruh terhadap variabel terikat Y yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 di PT. Pertamina EP Asset 5. Hasil output SPSS menunjukkan bahwa penerapan PEKA PERISAI memiliki signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan PEKA PERISAI X Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients a. Dependent Variable Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jurnal Migasian / e-issn 2615-6695 , p-issn 2580-5258 Vol. 5, No. 2, Desember 2021 31 berpengaruh terhadap variabel terikat Y yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 di PEP Asset 5. Persamaan regresi yang tersusun disajikan sebagai berikut Y = 46,792 + 0,386X 1 Dari persamaan di atas dapat disimpulkan pengaruh antara variabel bebas yaitu penerapan PEKA PERISAI X terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Y, yaitu a. Konstanta sebesar 46,792; artinya jika penerapan PEKA PERISAI X nilainya konstan, maka Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Y nilainya sebesar 46,792. b. Koefisien regresi variabel penerapan PEKA PERISAI X sebesar 0,386; artinya jika variabel bebas lainnya nilainya tetap dan variabel penerapan PEKA PERISAI X mengalami kenaikan 1%, maka K3 Y akan mengalami kenaikan sebesar 0,386. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara penerapan PEKA PERISAI dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3, semakin naik angka penerapan PEKA PERISAI maka semakin meningkat Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 di PEP Asset 5. Dari hasil perhitungan diperoleh R2 sebesar 0,160 atau 16 %. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh penerapan PEKA PERISAI X sebesar 16 % terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 di PEP Asset 5 Y dan sisanya yaitu 84 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. KESIMPULAN Permasalahan yang ditemukan di pemboran dan WOWS EP PEP Asset 5 berupa tindakan tidak aman dalam perilaku kerja. Data selama 2014-2016 menunjukkan bahwa terdapat tindakan tidak aman yang disebabkan faktor personil seperti kurangnya pengetahuan dan keterampilan sehingga gagal untuk mengingatkan dan mengamankan, serta gagal mengikuti prosedur/instruksi dan mengidentifikasi bahaya. Hal ini menjadi dasar penerapan program PEKA PERISAI sebagai upaya dalam pencegahan terhadap kecelakaan kerja dengan pendekatan HSSE yang dicanangkan sejak akhir tahun 2019 dan resmi dilaksanakan tahun 2020. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penerapan PEKA PERISAI, kendala-kendala dalam penerapannya, dan pengaruh penerapan program PEKA PERISAI terhadap K3 di PEP Asset 5. Berikut ini kesimpulan yang menjawab tujuan berdasarkan hasil evaluasi dalam penelitian ini 1. Penerapan PEKA PERISAI yang telah dilaksanakan pada tahun 2020 di PEP Asset 5 memiliki 10 tujuan sebagai goal penerapan PEKA PERISAI. Hasil evaluasi tujuan penerapan PEKA PERISAI di PEP Asset 5 menggunakan Interpretative Structural Model ISM menunjukkan bahwa dari 10 tujuan PEKA PERISAI terdapat tujuan utama sebagai kekuatan penggerak besar namun memiliki tingkat ketergantungan yang kecil yaitu mendukung penerapan Pertamina HSE Golden Rules Patuh, Intervensi, dan Peduli. Sebagai upaya pendekatan K3 berdasarkan behavioral safety, PEKA PERISAI juga memfokuskan pada tindakan memberikan coaching dan consoling sebagai pelatihan atas perilaku kerja yang tidak aman sehingga pekerja mendapatkan pengetahuan kerja aman sesuai dengan prosedur. Coaching dan consoling merupakan elemen kunci kedua dari tujuan Susanto Evaluasi Penerapan Program “Peka Perisai” Studi Kasus Bagian Pemboran dan WOWS EP Asset 5 Jurnal Migasian, e-issn 2615-6695 / p-issn 2580-5258 32 PEKA PERISAI dengan kekuatan penggerak besar. 2. Secara rinci kendala yang dihadapi dalam penerapan PEKA PERISAI di EP Asset 5 dibagi menjadi 2 yaitu kendala makro dan mikro. Evaluasi berdasarkan ISM menunjukkan bahwa beberapa kendala makro menjadi kendala yang kuat dengan ketergantungan kecil sektor independent meliputi a. Adanya peraturan tentang tenaga kerja AKAD dan AKAL yang menyebabkan pergantian tenaga kerja menjadi tinggi, b. Perkembangan teknologi perlu diseimbangkan dengan kompetensi pekerja agar bahaya yang ditimbulkan dapat diminimalisir atau dihilangkan c. Masih kurangnya pembinaan, bimbingan, pengawasan, serta bidang-bidang pengendalian bahaya. Kendala-kendala tersebut menyebabkan tujuan PEKA PERISAI belum tercapai dengan maksimal yang juga ditunjukkan dari hasil observasi sepanjang tahun 2020 di mana masih ditemukan kasus tidak aman Non Conformance dengan kasus 84,65 % merupakan human error di bagian tools & equipment, safe zone position, STK & Permit to Work, lifting operation, dan alat pelindung diri. 3. Penerapan PEKA PERISAI di EP Asset 5 memberikan pengaruh positif dan signifikan dengan terhadap K3 nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan persamaan regresi linear Y = 46,792 + 0,386X yang menunjukkan bahwa jika penerapan PEKA PERISAI X nilainya konstan, maka K3 Y nilainya sebesar konstanta yaitu 46,792, sedangkan jika penerapan PEKA PERISAI X mengalami kenaikan 1%, K3 Y akan mengalami kenaikan sebesar 0,386. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara penerapan PEKA PERISAI dengan K3, artinya semakin naik angka penerapan PEKA PERISAI maka semakin meningkat K3 di EP Asset 5. Besarnya pengaruh penerapan PEKA PERISAI terhadap K3 sebesar 16 %. Hal ini menunjukkan bahwa PEKA PERISAI perlu ditingkatkan untuk menunjang K3 sehingga dapat menurunkan angka insiden di PT. Pertamina EP Asset 5. UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti ucapkan terima kasih kepada para HSE Coach, kepala manajemen, serta para pegawai/karyawan EP Asset 5 yang terlibat dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] N. Haworth and S. Hughes, The International Labour Organization. 2012. [2] N. Fridayanti and R. Kusumasmoro, “Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di PT Ferron Par Pharmaceuticals Bekasi,” J. Adm. Kant., vol. 4, no. 1, pp. 211–234, 2016. [3] E. A. Marom and B. S. Sunuharyo, “Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Terhadap Kinerja Karyawan Studi pada Karyawan bagian Produksi Perusahaan PT Lion Metal Works Jurnal Migasian / e-issn 2615-6695 , p-issn 2580-5258 Vol. 5, No. 2, Desember 2021 33 Tbk,” J. Adm. Bisnis, vol. 60, no. 1, pp. 187–194, 2018. [4] W. S. Kuswana, Ergonomi dan K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2014. [5] & M. K. Z. Elphiana Yuliansyah M. Diah, “Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pt. Pertamina Ep Asset 2 Prabumulih,” JEMBATANB- J. Ilm. Manaj. Bisnis Dan Terap., no. 2, pp. 103–118, 2017. [6] M. D. Cooper, Behavioral Safety a Framework for Success. Indiana BSMS Inc, 2009. [7] Eriyatno, Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Bogor IPB Press, 1999. [8] G. Irawan and B. M. Wibawa, “Analisis Peta Risiko Pengeboran di Wilayah Asset 5 PT Pertamina EP,” J. Manaj. dan Kewirausahaan, vol. 17, no. 2, pp. 113–125, 2015. [9] F. I. Khan, R. Sadiq, and T. Husain, “Risk based process safety assesment and control measures design for offshore process facilities,” J. Hazard. Mater., vol. 94, no. 1, pp. 1–36, 2002. [10] R. Rubiandini, Rancangan Teknik Pengeboran dan Komplesi. Bandung ITB, 2012. [11] M. D. D. Maharani and D. V. Sara, “Model Struktural Pengelolaan Tempat Penampungan dan Potong Ayam Secara Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan,” in Peran Matematika, Sains, dan Teknologi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs, 2018, pp. 69–93. Rudolf Lumban Batu Nugroho Budisatrio SukamdaniMaya Dewi Diyah MaharaniAbstrak Judul dalam penelitian ini adalah Kebijakan Operasional Prosedur Rekrutmen Dan Pelatihan Tenaga Pemasar Produk Agri Pada PT. Asuransi Jasa Indonesia, maksud penelitian ini adalah untuk pengembangan komponen-komponen kunci mutu prosedur rekrutmen dan pelatihan tenaga pemasar produk agri di PT. Asuransi Jasa indonesia yang dilihat dari segi evaluasi prosedur rekrutmen dan pelatihan serta tujuan penelitian ini adalah 1 Untuk menganalisis komponen penting dan dibutuhkan dalam pengembangan SOP dan 2 Untuk merumuskan pengembangan dalam prosedur rekrutmen dan pelatihan tenaga pemasar produk agri di Perusahaan PT. Asuransi Jasa Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sampel populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang dan untuk analisis data menggunakan ISM. Hasil penelitian ini adalah 1 Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO yang dilakukan adalah mempertahankan dan meningkatkan sistem rekrutmen dan pelatihan yang dilakukan oleh PT. Asuransi Jasa Indonesia dan meningkatkan mutu kerja karyawan yang sudah ada serta meningkatkan efisiensi dalam merekrut calon karyawan 2 faktor-faktor Kebutuhan Sumberdaya Manusia sektor 1 Autonomous memiliki 1 faktor, 3 faktor-faktor Kendala Utama Dimana sektor 1 Autonomous memiliki 2 faktor dan 4 faktor-faktor Perubahan yang dimungkinkan Dimana sektor 1 Autonomous memiliki 1 faktor. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu Mempertahankan kedua prosedur eksternal dan internal karena kedua model rekrutmen dan pelatihan yang dipilih dalam rekrutmen dan pelatihan sangat penting untuk menjaring banyak atau sedikitnya calon karyawan yang dibuthkan oleh perusahaan. Kata Kunci Prosedur Rekrutmen, Pelatihan Tenaga Pemasar, Kebutuhan Sumberdaya Manusia, Kendala Utama dan faktor-faktor Perubahan. Abstract The title of this research is the Operational Policy on Recruitment Procedures and Training for Agri Product Marketers at PT. Asuransi Jasa Indonesia, the purpose of this research is to develop key quality components of recruitment procedures and training of agri product marketers at PT. Asuransi Jasa Indonesia which is seen from the evaluation of recruitment and training procedures and the objectives of this research are 1 To analyze the important and required components in the development of SOPs and 2 To formulate developments in the recruitment and training procedures for agri product marketers at PT. Indonesian Service Insurance. The research method used is descriptive research with a qualitative approach. The population sample used in this study amounted to 5 people and for data analysis using ISM. The results of this study are 1 This strategy is made based on the company's way of thinking, namely by taking full advantage of opportunities. The SO strategy carried out is to maintain and improve the recruitment and training system carried out by PT. Asuransi Jasa Indonesia and improving the quality of work of existing employees as well as increasing efficiency in recruiting prospective employees 2 the factors for human resource needs sector 1 Autonomous has 1 factor, 3 the main constraint factors where sector 1 autonomous has 2 factors and 4 factors Possible changes Where sector 1 Autonomous has 1 factor. The conclusion in this study is to maintain both external and internal procedures because both recruitment and training models selected in recruitment and training are very important to attract many or at least prospective employees needed by the company. Keywords Recruitment Procedure, Training of Marketers, Human Resource Needs, Main Constraints and Factors of Irawan Berto Mulia WibawaThe purposes of this study were to analyze problem maps in drilling activity, identifying and mapping drilling risks, and analyze risk management strategy which should be prepared for drilling activity. The research was conducted at the TJG-HZ1 wells, Asset 5 Region PT Pertamina EP, South Kalimantan. The tools used measurement and mapping risks according to Godfrey 1996. Data collection consisted of five stages observation, interview, questionnaire, literature review, and focus group discussion. The results showed there are 24 identified risks which were divided into four risk categories which is financial, strategic, operational, and hazard. From the 24 risks, there were eight risks in the extreme level, five risks in the high level, five risks in the medium level, and six risks in the low level. Dominic CooperBehavioral Safety is a process that creates a safety partnership between management and the workforce by continually focusing everyone's attention and actions on their own, and others, safety behavior. Written in plain everyday language and carefully explained, this is an indispensable practical guide for anyone considering, or already doing, behavioral operation is the most hazardous activity next to the transportation and drilling operation on an offshore oil and gas OOG platform. Past experiences of onshore and offshore oil and gas activities have revealed that a small mis-happening in the process operation might escalate to a catastrophe. This is of especial concern in the OOG platform due to the limited space and compact geometry of the process area, less ventilation, and difficult escape routes. On an OOG platform, each extra control measure, which is implemented, not only occupies space on the platform and increases congestion but also adds extra load to the platform. Eventualities in the OOG platform process operation can be avoided through incorporating the appropriate control measures at the early design stage. In this paper, the authors describe a methodology for risk-based process safety decision making for OOG activities. The methodology is applied to various offshore process units, that is, the compressor, separators, flash drum and driers of an OOG platform. Based on the risk potential, appropriate safety measures are designed for each unit. This paper also illustrates that implementation of the designed safety measures reduces the high Fatal accident rate FAR values to an acceptable Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di PT Ferron Par Pharmaceuticals BekasiN FridayantiR KusumasmoroN. Fridayanti and R. Kusumasmoro, "Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di PT Ferron Par Pharmaceuticals Bekasi," J. Adm. Kant., vol. 4, no. 1, pp. 211-234, Struktural Pengelolaan Tempat Penampungan dan Potong Ayam Secara Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan PanganM D D MaharaniD V SaraM. D. D. Maharani and D. V. Sara, "Model Struktural Pengelolaan Tempat Penampungan dan Potong Ayam Secara Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan," in Peran Matematika, Sains, dan Teknologi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs, 2018, pp. 69-93.
Februari 01, 2019 Bahan materi safety talk mengenai HSE Golden Rules di Pertamina, karena tema tersebut sangat berkenaan pada peraturan kesehatan dan keselamatan K3 para pekerja di lokasi kerja. Dalam HSE Golden Rules tersebut kita diajari mengenai kepatuhan, intervensi dan peduli. Berikut materi safety talk mengenai HSE Golden Rules. Assalamualaykum warahmatullahi wabarakatu, puji syukur kehadirat Allah subhanahu wata a'la yang sudah memberikan kesehatan untuk kita pagi ini sehingga kita dapat berkumpul untuk melaksanakan safety talk setiap harinya. Baca juga Kumpulan Pesan Safety K3 Materi safety talk yang akan saya angkat untuk hari ini adalah mengenai 3 Golden Rules di Pertamina. Apakah bapak dan ibu sekalian sudah mengetahui yang dimaksud tersebut? Yang dimaksud dari HSE Golden Rules Pertamina adalah Patuh, Intervensi dan Peduli. Untuk point yang pertama yaitu PATUH berarti anda, saya dan kita harus mematuhi semua aturan yang terkait dengan HSE Health Safety Environment Kedua yaitu INTERVENSI berarti anda, saya dan kita harus segera melakukan intervensi jika ada kondisi dan tindakan yang tidak aman Ketiga yaitu Peduli berarti anda, saya dan kita harus peduli pada orang di sekitar kita. Pesan safety kepada kita semua Bekerjalah dengan baik sesuai tugas dan tanggungjawab kita semua. Patuhi segala aturan yang ada di lokasi kerja kita ini, terutama peraturan kesehatan dan keselamatan kerja. Jangan lakukan pekerjaan diluar lingkup pekerjaan kita. Perhatikan orang dilingkungan kerja kalian, apabila ada yang menyimpang segera lakukan intervensi. Gunakan selalu alat pelindung diri APD yang baik dan benar sesuai skup kerja. Selalu jaga kebersihan dilingkungan kerja. Peduli apabila ada orang lain yang bekerja secara tidak aman. Berdoalah sebelum kalian bekerja. Rekan sekalian mungkin sampai disini saja penyampaian safety talk pagi ini dan sebelum memulai pekerjaan alangkah baiknya kita berdoa bersama menurut keyakinan dan kepercayaan masing masing, supaya pekerjaan hari ini diberi kelancaran, diberi keselamatan dan kesehatan dari berangkat kerja hingga pulang kerumah. Berdoa dimulai - dan selesai baca juga Materi Safety Talk di Office Seperti biasanya di akhir penghujung safety talk kita lakukan yel-yel. Safety First! SAFETY SAFETY LUAR BIASA! Demikian bahan materi safety talk mengenai HSE Golder Rules di Pertamina yang dapat saya sampaikan, semoga materi tersebut dapat membuka wawasan kita terhadap dunia Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Sandiok QHSE Officer PT. Nindya Karya Persero D3 Fire and Safety of Balongan Oil and Gas Academy